Polemik Ujian Nasional
Setiap satu tahun
sekali , tiap sekolahdi Indonesia bakal
kedatangan suatu pesta besar , khususnya untuk siswa kelas 3 . Tapi pesta yang di maksud ini bukan pesta
dalam artian untuk hura-hura , senang-senang
maupun gembira ria tapi siswa di buat nya stress secara perlahan-lahan . Ya ,
siswa tingkat akhir ini di buat pusing dan tegang dengan program pemerintahan
yang sistemnya syarat akan gengsi yang besar ketimbang prestasi yang di cetak .
Sebuah sistem pemaksaan pemerataan kemampuan otak yang di patok dalam sebuah “nominal
Angka” .
Angka yang terus naik tiap tahunnya , dengan sistem pola pengawasan yang di
bikin ketat sedemikian rupa , menambah ketegangan yang di rasa oleh para siswa
tingkat akhir. Lebih miris lagi , dimana siswa telah menempuh proses pembelajaran
selama tiga tahun lamanya , di tentukan hanya dalam waktu kurang lebih 3-4 hari
sungguh suatu sistem yang sangat jomplang ,
sejomplang – jomplangnya . Dan ada kabar bahwa sistem ujian saat ini Ujian
sekolah di gabung dengan ujian nasional dengan perbandingan (40 : 60) % .
Di kutip dari
buku “Sekolahnya Manusia” yang di
tulis oleh Munif Chatib , menjelaskan Teori
Multiple Intellences yang di kembangkan oleh Howard Gardner , tentang keberanian Howard Gardner melakukan
redefinisi tentang kecerdasan, Kecerdasan tidak dapat di nilai dan di batasi
pada tes-tes formal belaka . Masyarakat dan sebagian unsur sekolahan memang
masih menerima keberadaan tes formal dengan terlalu berlebihan . Jadi sebagian
masyarakat beranggapan bahwa anak yang sukses pada tes-tes formal tersebut maka
anak tersebut dapat di katakan anak yang cerdas dan dapat sukses di massa
depannya sebaliknya anak yang gagal pada tes-tes formal maka anak tersebut bisa
di katakan bodoh dan masa depanya tak seindah anak yang berhasil di tes-tes
tersebut.
Pemahaman makna
kecerdasan, merupakan awal dari aplikasi banyak dalam kehidupan manusia
terutama dalam bidang pendidikan . Di kutip dari buku “Sekolahannya Manusia” ,
teori Multiple Intelligences yang belakang ini banyak di ikuti oleh para
Psikolog dunia yang berpikiran maju , mulai menyita perhatian masyarakat .
Betapa tidak , awal mulanya teori ini hanya wilayah psiokologi , mulai
berkembang hingga sampai wilayah edukasi , bahkan sampai dunia profesional di
perusahaan-perusahaan besar.
Masih mengambil
kutipan dari buku “Sekolahnya Manusia”
pada halaman 70 , menjelaskan setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang di
ubah gardner, antara lain : 1. Kecerdasan tidak di batasi dalam tes formal , 2. Kecerdasan itu Multidimensi , dan 3. Kecerdasan
, Proses discovering ability .
Penjelasan
pada paradigma pertama , bahwa Kecerdasan tidak
di batasi dalam tes formal , maksudnya kecerdasan seseorang tidak mungkin
di batasi oleh indikator – indikator yang ada dalam tes formal , sebab setelah
di teliti ternyata kecerdasan seseorang itu selalu dinamis (berkembang) , bukan
statis . Bisa jadi tes yang di lakukan hanya bersifat sementara , kalau sudah
ya berakhir , tidak berkelanjutan. Kecerdasan dapat di lihat dari kebiasaanya
yang di lakukan di kegiatannya sehari-hari. Penjelasan pada paradigma ke dua ,
bahwa kecerdasan itu mutidimensi , maksudnya
kecerdesan itu berkembang atau dinamis , bisa di latih sedemikian rupa sehingga
bisa lebih berkembang lagi , dan tidak
bersifat statis dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum di temukan .
Seperti dalam kasus , misal seorang ibu menginginkan anaknya untuk menjadi
seorang dokter , maka ibu ini memasukan anaknya dalam lembaga-lembaga belajar
yang ternama agar anaknya dapat belajar di situ , bahkan sampai-sampai sang ibu
juga berniatan untuk memasukan anaknya ke dalam fakultas kedokteran ternama ,
tanpa melihat kemampuan anak tersebut . Sang anak menolak , dia menjelaskan
kepada ibunya bahwa dia tidak mampu seperti apa yang di inginkan kan ibunya , bahkan
sang anak sampai memohon maaf sebesar-besarnya. Tapi setelah beberapa puluh
tahun kemudian , sang ibu di buat bangga oleh anaknya yang sukses menjadi
seniman terkenal , ternama hingga internasional , dan mendapatkan hasil
penghidupan dari pekerjaan seniman yang di geluti sang anak . Kesimpulannya ,
kecerdasan perlu di salurkan dan di kembangkan secara maksimal tanpa ada
batasan-batasan dan paksaan . Dan yang
terakhir paradigma Kecerdasan, proses
discovering ability , maksudnya proses mencari atau menemukan kemampuan ,
metode ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kencederungan jenis
kecerdasan tertentu . kecenderungan tersebut harus di temukan melalui pencarian
kecerdasan.
Setiap anak
memiliki kecerdasan yang berbeda-beda , tidak ada anak yang memiliki kemampuan
yang sama rata . Ada anak yang dengan kecerdasan dalam belajar yang tinggi namun
lemah dalam komunikatif (soft skill) , ada juga yang kemampuan kecerdasanya
biasa saja namun ketika berkomunikasi dengan orang lain sangat lancar (komunikatif).
Proses
belajar mengajar dalam sekolah dapat di ibaratkan
dalam pembelajaran dinamika hutan . Alam yang menjadi gurunya , dan murid-muridnya terdiri dari kambing ,
katak , harimau , monyet , gajah , kuda , sapi , ikan, burung , singa , ular ,
bebek , ayam , dan lain-lain . Ketika alam mengajarkan materi tentang berenang , dan
ternyata hanya ikan , bebek , katak yang bisa berenang , terus apakah yang
tidak bisa berenang dapat di katakan BODOH?
Ketika alam mengajarkan materi tentang terbang , dan ternyata hanya burung saja
yang bisa terbang , apakah sisanya yang tidak bisa terbang dapat dikatakan BODOH ? dan ketika alam mengajarkan
materi tentang memanjat , dan yang bisa ternyata hanya monyet , apakah
murid-murid lainya di katakan BODOH ?
Disinilah, alam sebagai guru yang lebih
paham akan kemampuan dari murid-muridnya , cuman alam yang dapat melihat
tingkat kecerdasan murid-muridnya , dan cuman guru yang berhak memberikan Kelulusan
pada murid-muridnya.
Mengambil hikmah
dari ibarat di atas , dapat di ambil pembelajaran bahwa peran gurulah yang
lebih berhak memberikan kelulusan bagi anak-anak muridnya . Karena hanya guru
yang lebih memahami kondisi siswanya , kecerdasan siswanya , kemampuan otak
siswanya , ya karena gurulah yang selama ini mendampingi para muridnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Bukan dengan mesin scaner dan komputer yang menentukan hasil kelulusan dari sekian ratus
ribu nasib siswa .
Sekian
postingan dari saya , saya selaku mantan pelaku peserta Unas terus menyemangati
adik-adik kelas bahwa kalian mampu melewati rintangan ringan ini , mengapa
ringan ? karena setelah ujian ini akan ada permasalahan yang lebih besar lagi
dari pada Unas ini. Semangat dan sukses buat kalian , nilai itu penting yang lebih penting adalah Ilmu
yang di dapat. Dan saya ucapakan mohon
maaf kalo ada kesalahan kata-kata dalam postingan ini.
Salam Pertanian Organik..!
Download , melalui 4Shared :
Lebih lengkapnya , Download Polemik Ujian Nasional . Pdf
Download , melalui 4Shared :
Lebih lengkapnya , Download Polemik Ujian Nasional . Pdf