Jumat, 12 April 2013

Polemik Ujian Nasional



  Polemik Ujian Nasional 

Setiap satu tahun sekali , tiap sekolahdi Indonesia  bakal kedatangan suatu pesta besar , khususnya untuk siswa kelas 3  . Tapi pesta yang di maksud ini bukan pesta dalam  artian untuk hura-hura , senang-senang maupun gembira ria tapi siswa di buat nya stress secara perlahan-lahan . Ya , siswa tingkat akhir ini di buat pusing dan tegang dengan program pemerintahan yang sistemnya syarat akan gengsi yang besar ketimbang prestasi yang di cetak . Sebuah sistem pemaksaan pemerataan kemampuan otak yang di patok dalam sebuah nominal Angka”   . Angka yang terus naik tiap tahunnya , dengan sistem pola pengawasan yang di bikin ketat sedemikian rupa , menambah ketegangan yang di rasa oleh para siswa tingkat akhir. Lebih miris lagi , dimana siswa telah menempuh proses pembelajaran selama tiga tahun lamanya , di tentukan hanya dalam waktu kurang lebih 3-4 hari sungguh suatu sistem yang sangat jomplang ,  sejomplang – jomplangnya . Dan ada kabar bahwa sistem ujian saat ini Ujian sekolah di gabung dengan ujian nasional dengan perbandingan (40 : 60) % .  



Di kutip dari buku “Sekolahnya Manusia” yang di tulis oleh Munif  Chatib , menjelaskan Teori Multiple Intellences yang di kembangkan oleh Howard Gardner  , tentang keberanian Howard Gardner melakukan redefinisi tentang kecerdasan, Kecerdasan tidak dapat di nilai dan di batasi pada tes-tes formal belaka . Masyarakat dan sebagian unsur sekolahan memang masih menerima keberadaan tes formal dengan terlalu berlebihan . Jadi sebagian masyarakat beranggapan bahwa anak yang sukses pada tes-tes formal tersebut maka anak tersebut dapat di katakan anak yang cerdas dan dapat sukses di massa depannya sebaliknya anak yang gagal pada tes-tes formal maka anak tersebut bisa di katakan bodoh dan masa depanya tak seindah anak yang berhasil di tes-tes tersebut. 


Pemahaman makna kecerdasan, merupakan awal dari aplikasi banyak dalam kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan . Di kutip dari buku “Sekolahannya Manusia” , teori Multiple Intelligences yang belakang ini banyak di ikuti oleh para Psikolog dunia yang berpikiran maju , mulai menyita perhatian masyarakat . Betapa tidak , awal mulanya teori ini hanya wilayah psiokologi , mulai berkembang hingga sampai wilayah edukasi , bahkan sampai dunia profesional di perusahaan-perusahaan besar. 


Masih mengambil kutipan dari buku “Sekolahnya Manusia” pada halaman 70 , menjelaskan setidaknya ada tiga paradigma mendasar yang di ubah gardner, antara lain : 1. Kecerdasan tidak di batasi dalam tes formal ,  2. Kecerdasan itu Multidimensi , dan 3. Kecerdasan , Proses discovering ability . 


Penjelasan pada paradigma pertama , bahwa Kecerdasan tidak di batasi dalam tes formal , maksudnya kecerdasan seseorang tidak mungkin di batasi oleh indikator – indikator yang ada dalam tes formal , sebab setelah di teliti ternyata kecerdasan seseorang itu selalu dinamis (berkembang) , bukan statis . Bisa jadi tes yang di lakukan hanya bersifat sementara , kalau sudah ya berakhir , tidak berkelanjutan. Kecerdasan dapat di lihat dari kebiasaanya yang di lakukan di kegiatannya sehari-hari. Penjelasan pada paradigma ke dua , bahwa kecerdasan itu mutidimensi , maksudnya kecerdesan itu berkembang atau dinamis , bisa di latih sedemikian rupa sehingga bisa lebih berkembang lagi  , dan tidak bersifat statis dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum di temukan . Seperti dalam kasus , misal seorang ibu menginginkan anaknya untuk menjadi seorang dokter , maka ibu ini memasukan anaknya dalam lembaga-lembaga belajar yang ternama agar anaknya dapat belajar di situ , bahkan sampai-sampai sang ibu juga berniatan untuk memasukan anaknya ke dalam fakultas kedokteran ternama , tanpa melihat kemampuan anak tersebut . Sang anak menolak , dia menjelaskan kepada ibunya bahwa dia tidak mampu seperti apa yang di inginkan kan ibunya , bahkan sang anak sampai memohon maaf sebesar-besarnya. Tapi setelah beberapa puluh tahun kemudian , sang ibu di buat bangga oleh anaknya yang sukses menjadi seniman terkenal , ternama hingga internasional , dan mendapatkan hasil penghidupan dari pekerjaan seniman yang di geluti sang anak . Kesimpulannya , kecerdasan perlu di salurkan dan di kembangkan secara maksimal tanpa ada batasan-batasan dan paksaan .  Dan yang terakhir paradigma Kecerdasan, proses discovering ability , maksudnya proses mencari atau menemukan kemampuan , metode ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kencederungan jenis kecerdasan tertentu . kecenderungan tersebut harus di temukan melalui pencarian kecerdasan.
 

 
Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda , tidak ada anak yang memiliki kemampuan yang sama rata . Ada anak yang dengan  kecerdasan dalam belajar yang tinggi namun lemah dalam komunikatif (soft skill) , ada juga yang kemampuan kecerdasanya biasa saja namun ketika berkomunikasi dengan orang lain sangat lancar (komunikatif).   Proses  belajar mengajar dalam sekolah dapat di ibaratkan dalam pembelajaran dinamika hutan . Alam yang menjadi gurunya ,  dan murid-muridnya terdiri dari kambing , katak , harimau , monyet , gajah , kuda , sapi , ikan, burung , singa , ular , bebek , ayam , dan lain-lain . Ketika alam mengajarkan materi tentang berenang   , dan ternyata hanya ikan , bebek , katak yang bisa berenang , terus apakah yang tidak bisa berenang dapat di katakan BODOH? Ketika alam mengajarkan materi tentang terbang , dan ternyata hanya burung saja yang bisa terbang , apakah sisanya yang tidak bisa terbang dapat dikatakan BODOH ? dan ketika alam mengajarkan materi tentang memanjat , dan yang bisa ternyata hanya monyet , apakah murid-murid lainya di katakan BODOH ?  Disinilah, alam sebagai guru yang lebih paham akan kemampuan dari murid-muridnya , cuman alam yang dapat melihat tingkat kecerdasan murid-muridnya , dan cuman guru yang berhak memberikan Kelulusan pada murid-muridnya. 


Mengambil hikmah dari ibarat di atas , dapat di ambil pembelajaran bahwa peran gurulah yang lebih berhak memberikan kelulusan bagi anak-anak muridnya . Karena hanya guru yang lebih memahami kondisi siswanya , kecerdasan siswanya , kemampuan otak siswanya , ya karena gurulah yang selama ini mendampingi para muridnya dalam kegiatan belajar mengajar. Bukan dengan mesin scaner dan komputer yang  menentukan hasil kelulusan dari sekian ratus ribu nasib siswa .

Sekian postingan dari saya , saya selaku mantan pelaku peserta Unas terus menyemangati adik-adik kelas bahwa kalian mampu melewati rintangan ringan ini , mengapa ringan ? karena setelah ujian ini akan ada permasalahan yang lebih besar lagi dari pada Unas ini. Semangat dan sukses buat kalian  , nilai itu penting yang lebih penting adalah Ilmu yang di dapat.  Dan saya ucapakan mohon maaf kalo ada kesalahan kata-kata dalam postingan ini. 

Salam Pertanian Organik..!


Download , melalui 4Shared   :
Lebih lengkapnya , Download Polemik Ujian Nasional . Pdf